Monday, May 17, 2010

Bagaimana Mendidik dan Membesarkan Anak Secara Bijak?


If children live with encouragement they learn confidence,
if the children live with praise they learn appreciation,
if the children live with acceptance they learn love,
if the children live with approval they learn to like themselves.
(Dorothy Law Nolte)

Pertanyaan bagaimana membesarkan anak secara bijak, seolah-olah menjadi topik yang menarik sekaligus sedikit menyeramkan bagi saya. Mengapa? Karena sebenarnya topik tentang pendidikan anak dan pengalaman mengajar anak, dari dulu selalu saya hindari dengan berjuta alasan seolah-olah mendidik anak adalah hal yang agak sepele. Sampai ketika saya menikah dan dikaruniai seorang puteri, pikiran saya mulai berubah banyak.

Kini, mendidik dan membesarkan anak menjadi topik yang sangat saya rindukan untuk dipelajari dan tentu saja dipraktekkan. Mengapa mendidik dan membesarkan anak begitu penting? Josh McDowell dalam bukunya Father Connection (hlm. 4) mencatat beberapa fakta berikut yang terjadi di Amerika setiap harinya:

• 1.000 remaja wanita menjadi ibu tanpa nikah
• 1.106 remaja wanita melakukan aborsi
• 4.219 remaja mengidap penyakit yang tertular secara seksual
• 500 remaja mulai memakai narkoba
• 1.000 remaja mulai mengkonsumsi alcohol
• 135.000 anak-anak membawa sebuah pistol dan senjata lain ke sekolah
• 3.610 remaja dilecehkan, 80 diperkosa
• 2.200 remaja berhenti dari sekolah menengah
• 7 anak (usia 10-19 tahun) dibunuh
• 7 anak muda (17 tahun dan ke bawah) ditangkap karena pembunuhan
• 6 remaja bunuh diri

Kemarin saya membaca berita tertangkapnya sosok Davis pelaku pemerkosaan anak di Bali yang selama ini sangat meresahkan masyarakat. Ini adalah salah satu bukti adanya tantangan yang tidak mudah bagi orang tua. Ya panggilan untuk mendidik dan membesarkan anak adalah tugas teramat penting.

Pandangan lain yang seringkali beredar yang kurang tepat adalah bahwa mendidik dan membesarkan anak itu tugas kaum wanita atau ibu. Sedangkan ayah atau suami bertugas untuk mencari nafkah, dan bekerja. Pandangan ini perlu kita pikirkan ulang, menurut Josh McDowell, tugas menjadi seorang ayah merupakan tugas terpenting yang kritis, dan tidak pernah sedemikian rupa sedari saat ini dan zaman ini. Hubungan seorang anak dengan ayah merupakan sebuah faktor yang menentukan bagi kesehatan, perkembangan, dan kebahagiaan pemuda atau pemudi tersebut (hlm.4). Sekali lagi beberapa fakta yang dicatat Josh McDowell di bawah ini benar-benar membuat saya tersentak:

• Dr. Loren Moshen dari National Institute of Mental Health, menganalisa orang-orang yang disensus di AS dan menemukan bahwa absennya seorang ayah menjadi faktor yang lebih kuat dalam konstribusi kenakalan anak-anak daripada kemiskinan

• Sekelompok ilmuwan Yale tentang perilaku mempelajari kenakalan anak-anak dalam empat puluh delapan kebudayaan di seluruh dunia dan menemukan bahwa tingkat kejahatan tertinggi ialah di antara orang-orang dewasa yang sebagai anak-anak telah dibesarkan hanya oleh wanita

• Dr. Martin Deutsh menemukan bahwa kehadiran dan percakapan seorang ayah khususnya waktu makan malam, menstimulasi seorang anak untuk berprestasi lebih baik di sekolah

• Sebuah studi dari 1.337 dokter medis yang lulus dari Johns Hopkins University antara tahun 1948 dan 1964 menemukan bahwa tidak adanya kedekatan dengan orang tua adalah faktor umum dari hipertensi, penyakit jantung koroner, tumor ganas, penyakit mental dan bunuh diri

• Para peneliti di Johns Hopkins University menemukan bahwa “gadis-gadis remaja kulit putih yang hidup dalam keluarga tanpa ayah… mempunyai kecenderungan 60% melakukan hubungan seks di luar nikah dibandingkan dengan mereka yang tinggal dalam keluarga dengan kedua orang tua

• Penelitian Dr. Armand Nicholi’s menemukan bahwa seorang ayah yang absen secara emosional atau fisik memberi kontribusi kepada seorang anak (a) motivasi rendah untuk berprestasi, (b) ketidakmampuan untuk menunda kepuasan langsung demi ganjaran di kemudian hari, (c) harga diri yang rendah, dan (d) kerentanan terhadap pengaruh kelompok dan kenakalan anak-anak


Pada saat yang sama penelitian lain menunjukkan bahwa kaum muda yang “sangat dekat” dengan orang tua mereka kemungkinan besar:

• Merasa lebih puas dengan hidup mereka
• Tidak melakukan hubungan seksual
• Mendukung standar-standar kebenaran dan moralitas alkitabiah
• Pergi ke gereja
• Membaca Alkitab dengan konsisten
• Berdoa setiap hari

Dari beberapa fakta dan penelitian Josh McDowell di atas saya dibukakan betapa ikatan Bapa (Father Connection) itu sangat penting dan tidak tergantikan dengan apapun juga. Bahkan hubungan yang baik antara ayah dengan putera dan puteri kita akan menolong anak kita memahami Allah sebagai Bapa dengan lebih baik atau sebaliknya.

Hubungan yang kurang dekat antara kita sebagai ayah dengan anak-anak kita, akan lebih mempersulit anak kita memahami keberadaan Allah sebagai Bapa.
Bagaimana mendidik dan membesarkan anak secara bijak? Saya menyimpulkan beberapa pandangan Josh McDowell, kiranya dapat menantang kita untuk mengambil tanggung jawab menjadi orang tua yang berkenan kepada Allah lebih lagi:

1. Ambilah tanggung jawab sebagai seorang ayah dan ibu dengan pandangan yang optimis dan positif. Menjadi bapa dan ibu bagi generasi masa depan keluarga kita, bangsa maupun umat Allah bagaimanapun tantangannya.

2. Pandanglah pertumbuhan sebagai serangkaian langkah kecil yang diambil sepanjang hidup. Tugas mendidik dan membesarkan anak adalah sebuah proses dan jalan yang panjang, memiliki sikap learning by doing dan learning from failures adalah penting.

3. Bertekadlah untuk mendedikasikan diri Anda kepada hak istimewa dan tanggung jawab menjalankan tugas sebagai ayah dan ibu. “Sesungguhnya anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah.” Mazmur 127:3

Di atas semuanya, satu teladan paling berharga yang perlu kita ikuti adalah sikap dan pandangan Kristus sendiri terhadap anak-anak, dimana Ia begitu menerima mereka apa adanya, menyambut dan bahkan menggendong mereka, bercengkrama dengan mereka di saat murid-muridNya sedang memikirkan pandangan yang lain, bahwa anak-anak seringkali dipandang sebelah mata, dan bahkan di saat pandangan tentang bagaimana membesarkan anak tidak begitu diperhatikan, Yesus berkata, “dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam namaKu, ia menyambut Aku” (Matius 18:5).
Mari cintai dan luangkan waktu bersama anak-anak kita, sebagai panggilan termulia dan paling berharga yang Tuhan percayakan kepada kita.


Love life live love!


Christopher Andios (18052010)