Friday, October 3, 2008

Rumah Sakit dan Rumah Kehidupan









11 Mei 2008

Hari ini tepatnya 2 hari setelah anak kami Phoebe Faith Liem memasuki usia 1 bulan. Ya, Phoebe Faith Liem, puteri pertama kami lahir pada tanggal 9 April 2008. Waktu tidak terasa begitu cepat berlalu, sudah satu bulan lebih kami merasakan anugerah Tuhan yang luar biasa semenjak kelahiran Phoebe dalam hidup kami. Tidak terasa juga setahun yang lalu, kami baru saja memasuki pernikahan kudus tanggal 2 Juni 2007, dan kini di tengah-tengah kami telah hadir buah kasih yang ajaib yaitu our cute girl VB, begitu kami memanggilnya.

Masa-masa kelahiran VB kemarin adalah masa yang sangat luar biasa. Kami telah lama menantikan kelahirannya semenjak kami pulang dari Mission Trip di Bromo bulan Juli 2007, waktu itu isteri bergumul mengapa sudah hampir 14 hari lebih ia tidak datang bulan? Jangan-jangan hamil? Begitu kami pulang segera kami cek dan ternyata pada tanggal 17 Agustus 2007, kami baru mengetahui bahwa isteri saya positif hamil. Ya, hamil.... Dan semenjak itulah kami bersukacita dan menaruh pengharapan tentang kehamilan pertama ini. Jujur waktu itu sebenarnya kami sempat guyon kalau mau menunda kehamilan at least 6 bulan dan bahkan kami sempat bercanda bahwa anak kami adalah made in Germany. Karena memang waktu itu kami mendapat undangan untuk melayani di German dalam Konferensi Misi Dunia Mennonite tanggal 28 Agustus – 9 September 2007. Tapi ternyata Tuhan berencana jauh lebih indah dari apa yang dapat kami pikirkan. Tepat tanggal 17 Agustus 2007 yaitu hari Kemerdekaan Republik Indonesia, kami secara khusus juga memekikkan pekik kemerdekaan, MERDEKA, isteriku hamil!!! Positif!!!

Namun 2 hari setelah itu, kami sempat shock ketika pagi hari isteri saya tiba-tiba berteriak di kamar mandi dan saya bergegas menuju ke kamar mandi dengan rasa penasaran, “ada apa sayang?” dan isteri dengan lesu menunjukkan sebongkah gumpalan yang ada di lantai kamar mandi..... Spontan kami berdua tertunduk lesu dan bertanya-tanya, kira-kira itu darah apa ya? Kami berdua sungguh ketakutan, jangan-jangan itu janin yang gugur-kah? Kami saling memandang satu sama lain dan masing-masing mencoba membesarkan hati kami satu sama lain. Singkat cerita kami langsung bergegas mencari dokter kandungan yang terdekat dan bersyukur karena kakak isteri saya yang waktu itu juga sedang mengandung anak pertamanya, mencoba bertanya kepada dokternya kira-kira itu darah apa? Alhasil keesokan harinya, kami berdua langsung berkonsultasi dan menanyakan kemungkinan apa yang terjadi? Setelah USG, puji Tuhan dokter mengatakan, ada kemungkinan darah itu adalah dinding rahim yang gugur, karena kemungkinan isteri saya terlalu lelah. Satu hal yang menghibur kami, dokter mengatakan masih ada kemungkinan janin itu selamat, namun dia mengatakan kami harus kembali lagi 2 minggu sesudah itu.

Dua minggu kemudian, kami dengan berharap namun masih sedikit cemas datang kembali ke dokter kami dan menanyakan bagaimana kira-kira perkembangannya? Setelah USG dokter mengatakan, ”janin kalian sehat”. Puji Tuhan, dia kemudian melanjutkan bahwa isteri harus bed rest total. Tidak boleh banyak bergerak, dan memang demikianlah perjuangan kami untuk menantikan anak pertama kami, sungguh luar biasa bahwa kini kami bisa melihat kemuliaan Tuhan bahwa anak kami yang ternyata adalah seorang puteri boleh datang ke dunia ini dan oleh sebab itu kami menamainya Phoebe Faith Liem. Phoebe artinya adalah terang yang menyinari kegelapan, dan Faith kami ambil karena anak ini benar-benar membentuk dan menantang iman kami lebih lagi, dan Liem adalah nama marga ayah saya.

VB lahir dengan normal di Rumah Sakit Adi Husada pada tanggal 9 April 2008. Senin tanggal 7 April 208, kami berkonsultasi dengan Dr. Iwan Djuanda, dokter kandungan kami yang baru karena dikenalkan oleh seorang sahabat dengan cara yang ajaib pula. Waktu kami memasuki ruangan periksa dokter tersebut kami membaca sebuah pengumuman bahwa Dr Iwan akan berangkat ke Singapore antara tanggal 10 hingga 13 April. Kami agak was-was karena waktu itu kehamilan isteri sudah memasuki usia 9 bulan lebih namun belum ada tanda-tanda kontraksi. Jadi kembali sepulang dari konsultasi tersebut, kami mencoba berkomunikasi dengan bayi di dalam kandungan bahwa besok tanggal 10 Dr Iwan akan pergi, ”mau gak kamu bantu mama, supaya kamu dapat lahir sebelum Dr Iwan berangkat ke Singapore?” Demikian kesaksian isteri saya kemudian, dan ternyata tanggal 8 fajar, isteri saya mulai merasakan kontraksi perlahan, dan pagi harinya jam 10 kami bergegas ke Rumah Sakit Adi Husada, untuk memastikan apakah ini sudah waktunya. Ternyata sesampai di RS, isteri saya hanya bukaan 1, dan setelah berpikir sejenak, kami memutuskan untuk kembali ke rumah sambil menunggu perkembangan kontraksi berikutnya. Tepat pukul 2 pagi tanggal 9 April, tiba-tiba isteri saya membangunkan saya dan berkata, ”mari kita ke Rumah Sakit, aku sudah tidak tahan, rasanya ini sudah waktunya...” demikian ajak isteri saya, dan kami berdua segera meluncur ke RS Adi Husada. Tepat jam 2.30 fajar, kami memutuskan bahwa isteri masuk ke RS. Dan akhirnya, tidak begitu lama, isteri saya sekitar pukul 6.30 mulai mengalami bukaan 5 dan seterusnya hingga bukaan ke-7, dan akhirnya tepat jam 8.20 anak kami VB lahir dengan selamat, wow suatu pengalaman yang sangat luar biasa, bagaimana saya melihat dengan mata kepala sendiri, keajaiban sebuah proses kelahiran. Bagaimana mungkin sebuah sel sperma harus berjuang dengan jutaan sel sperma lainnya hanya untuk bertemu dengan sebuah sel ovarium dan ketika terjadi perjumpaan itu, dalam proses pertumbuhannya mampu menghasilkan seorang anak yang luar biasa. Ya, demikianlah VB boleh datang ke dunia ini dengan berat 3,5 kg dan panjang 49 cm. Satu hal yang luar biasa adalah bahwa untuk pertama kalinya saya menjadi seorang ayah dan demikian dengan isteri saya menjadi seorang ibu. Pagi itu sebagai saksi kelahiran VB, kedua orang tua saya Papa dan Mama dari Kudus juga hadir menemani dan memberi kamu dukungan doa yang nyata. Mereka telah menyelesaikan tugas mereka dengan membesarkan saya dan kedua saudari perempuan saya yang masing-masing dari mereka juga sudah mempunyai momongan masing-masing. Sekali lagi sangat luar biasa, dari dua insan yang saling mengasihi, memadu kasih dan memasuki pernikahan, dan pada akhirnya mereka menjadi oma dan opa. Sungguh luar biasa. Thanks pa and ma. You are great parents.

So, di Rumah Sakit Adi Husada, saya mengucap syukur boleh diperlihatkan kemuliaan Tuhan ketika saya melihat VB lahir secara normal, dan melihat baik isteri dan puteri kami boleh sehat dan tidak kurang suatu apapun. Disinilah saya mulai merasakan betapa kehidupan itu adalah sebuah perjuangan dan kehidupan itu adalah anugerah.

Kini, setelah satu bulan lamanya anak kami mulai menunjukkan pertumbuhannya dan kelucuannya, saya mendengar kabar bahwa papa masuk Rumah Sakit lagi. Mengapa saya katakan masuk Rumah Sakit lagi? Memang papa sebelumnya pernah masuk ke Rumah Sakit untuk beberapa kali. Rasanya masih teringat jelas ketika tahun 2001, papa tiba-tiba harus dioperasi di Jakarta karena jantungnya tersumbat, waktu itu saya sedang menyelesaikan studi teologia saya di STT Amanat Agung Jakarta. Waktu itu jujur adalah masa-masa yang tidak mudah bagi saya, karena realita bahwa papa saya harus dioperasi jantung karena kebiasaannya merokok yang sangat parah. Jadi waktu itu papa harus di-ring di 5 tempat, sungguh tidak mudah membayangkan bahwa di urat jantungnya ditanamkan 5 buah cincin untuk menopang urat jantung supaya tidak tersumpat. Disinilah untuk pertama kalinya saya juga bergumul dengan masa depan keluarga kami waktu itu, bagaimana tidak bergumul? Waktu itu adalah bulan Desember 2001, dan papa pada bulan Januari tahun berikutnya akan dipensiun, jadi sempat saya merenungkan kira-kira bagaimanakah saya harus menghadapi semua tantangan dalam keluarga kami, karena memang saya adalah satu-satunya anak laki-laki dalam keluarga yang tentunya harus memikirkan bagaimana keluarga kami harus berpijak? Satu hal yang waktu itu menjadi kekuatan saya adalah, janji Firman Tuhan yang mengatakan, ”Aku menyertaimu senantiasa sampai kesudahan zaman.” Artinya bahwa Tuhan akan menyertai saya dalam perjalanan hidup saya dalam suasana apapun, janjiNya tidak terbatas hanya untuk saat-saat yang menyenangkan saja, namun juga untuk situasi dimana kadang kita tidak tahu harus berharap kepada siapa, janji Tuhan tetap sama, ”Aku menyertaimu senantiasa sampai kesudahan zaman.” Atau ketika dalam hidup ini kita mengalami ketakutan tentang bagaimana kita menjalani kehidupan yang semakin sulit, firmanNya tetap sama, ”Aku menyertaimu senantiasa sampai akhir zaman.” Dan melalui kebenaran Firman Tuhan inilah saya dapat bertahan hingga hari ini di dalam menjalani kehidupan saya, baik ketika saya masih sendiri, sudah menikah bahkan kini dipercaya menjadi orang tua, janjiNya tetap sama, ”Aku menyertaimu senantiasa sampai akhir zaman.” Bagaimana dengan tantangan sakit-penyakit seperti yang kini sedang dialami papa saya? JanjiNya ternyata tetap, ”Aku menyertaimu senantiasa sampai akhir zaman.” Apa maksud janji Firman Tuhan ini? Apakah Allah akan menyembuhkan setiap penyakit kita, atau sekalipun kita harus mengalami segala penyakit apapun yang mungkin tidak dapat disembuhkan kecuali oleh karena mujizatNya, kita dapat tetap meyakini janjiNya, bahwa Tuhan akan menyertai kita senantiasa sampai akhir zaman? Bagaimana dengan ketakutan kita akan krisis dunia yang semakin menakutkan baik di bidang ekonomi, lingkungan hidup dan keamanan dunia? Apakah janjiNya masih relevan untuk kita percayai? Bagaimana dengan realitas bencana alam, kerusakan bumi, bahkan peperangan dan penyakit yang semakin mematikan? Apakah janji penyertaanNya tetap sama?

Malam ini, duduk di sebelah ranjang papa yang sedang terlelap, saya seolah-olah merasakan kehadiran Allah yang begitu jelas, bahwa Ia ada di sisi saya, bahkan Ia ada di sisi papa saya, sekalipun kami tidak bisa melihat secara kasat mata. Ya, kehadiran Allah adalah nyata, sekalipun kita tidak bisa melihatnya, kehadiran Allah di dalam seluruh ciptaanNya adalah sebuah kehadiran yang tidak terpengaruh oleh situasi hidup apapun. Kehadiran Allah di tengah-tengah umat ciptaanNya adalah sebuah kehadiran yang mutlak, karena tanpa kehadiran Allah di tengah-tengah ciptaanNya, mustahil dunia dan segala isinya akan exist. Tanpa kehadiran dan penyertaan Allah, dunia akan mengalami chaos, tanpa kehadiran Allah dunia dan semua ciptaanNya akan menjadi liar, tidak tahu tujuan hidupnya dan tidak akan pernah dapat memahami realitas keberadaan dirinya dengan benar. Oleh sebab itu, sesungguhnya setiap manusia tidak akan pernah bisa berjalan dengan kekuatannya sendiri, karena pada dasarnya kita ini diciptakan Allah dengan tujuan supaya kita dapat berelasi denganNya. Kita diciptakan untuk sebuah tujuan menikmati keintiman yang sejati dengan Allah, oleh sebab itulah, keberadaan kita adalah membutuhkan Allah di dalam setiap perjalanan hidup kita. Tanpa Allah kita akan tersesat, tanpa Allah kita akan menuju kebinasaan, tanpa Allah kita akan lenyap. Namun dengan pernyertaan Allah kita akan menikmati suatu kesempurnaan yang sejati sebagai ciptaan yang bergantung sepenuhnya kepada Pencipta, bersama dengan Allah, kita akan sampai kepada sebuah keintiman yang sejati dari sebuah relasi antara ciptaan dan Pencipta. Bersama Allah senantiasa, kita akan menikmati perjalanan hidup yang tidak akan terpengaruh oleh situasi apapun karena relasi yang sempurna dengan Allah akan melenyapkan ketakutan kita, relasi yang sempurnya dengan Allah akan menjauhkan kita dari segala bentuk kecemasan akan ketidakmampuan kita untuk menjalani hidup ini dengan kekuatan kita.

Saudara, kita diciptakan untuk kekekalan dan kita diciptakan untuk menjalin relasi yang sempurnya dengan Allah, tidak peduli apapun kondisi kita, baik suka maupun duka, percayalah bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan kita, karena sekali Ia berjanji untuk menyertai kita, Ia akan melakukannya, karena Ia menciptakan kita untuk kemulianNya. Tidak peduli di gereja, atau di rumah sakit, kita dapat berjumpa dengan Allah karena perjumpaan dengan Allah tidak mengenal tempat dan waktu, perjumpaan dengan Allah adalah oleh karena iman, dimana kita datang kepadaNya melalui sebuah pintu yang telah disediakanNya yaitu melalui Putera TunggalNya Yesus Kristus Sang Juruselamat Dunia yang pernah mengatakan bahwa, ”Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup, barangsiapa tidak melalui Aku ia tidak akan sampai kepada Bapa.” Apakah saudara sudah mengenal Sang Pencipta kehidupan di dalam Yesus? Kalau belum, terimalah Dia sekarang dan jangan tunggu hingga engkau berbaring sakit di rumah sakit dan jangan sampai engkau tidak pernah menggunakan kesempatanmu untuk bertemu denganNya karena barangkalli engkau tidak pernah beroleh kesempatan bertemu denganNya di rumah sakit karena mungkin engkau langsung pergi ke penghakiman kekal, neraka yang kekal. Jangan tunda lagi, datanglah kepadaNya, terimalah anugerahNya yang cuma-cuma. Selamat bertemu Tuhan dan selamat datang di Rumah Kehidupan bersama Allah.

15 Mei 2008

Hari ini papa saya akan keluar dari Rumah Sakit, dan kemarin malam, salah seorang saudara kami yang dirawat di Rumah Sakit yang sama, yang terkena musibah ditabrak motor hingga koma, menghembuskan nafasnya untuk terakhir kalinya di usia yang 74 setelah koma dan dirawat di ICU selama 2 minggu. Dan hari minggu yl, tepatnya tanggal 4 Mei 2008, Tuhan juga telah memanggil hambaNya, Pdt. Em. Andreas Setiawan setelah beberapa kali juga harus keluar masuk Rumah Sakit, sosok guru dan salah seorang pejuang iman yang pernah hadir mengisi sejarah pergerakkan dan pertumbuhan gereja di GKMI, telah berpulang ke Rumah Bapa. Beliau adalah sosok yang sangat dekat di hati kami, yang telah menaburkan benih-benih perjuangan demi Injil Kerajaan Allah, ya Pdt. Andreas Setiawan telah tiada, namun jejak langkah perjuangannya tidak akan pernah sirna oleh waktu, karena jejak langkah itu telah terukir jelas di hati dan memori kami. Ia telah pergi ke dalam Rumah Kehidupan, dan kini tiba waktunya bagi kami untuk terus berkarya dan meneruskan perjuangannya. Selamat jalan Pak Andreas, semangat Bapak akan terus menginspirasi kami semua.

Demikian, ada banyak kisah yang bisa ditulis ketika kita sedang bergumul dengan sakit atau menemani seseorang yang sakit, karena justru di Rumah Sakit ada kalanya kita belajar tentang kehidupan, ada yang lahir, ada yang sembuh setelah sakit, namun ada juga yang berpulang ke Rumah Kehidupan, semuanya mengajarkan tentang hal yang sama: bahwa kehidupan itu adalah anugerah, dan sejauh mana kita menghargai anugerah kehidupan yang Tuhan berikan kepada kita? Mungkin hanya kita yang tahu..... dan juga Tuhan Sang Pencipta Kehidupan yang tahu, karena Dialah yang menentukan kapan kita lahir, kapan kita sakit, dan kapan kita akan mati, Dialah Sang Alfa dan Omega. Mari kita mengisi kehidupan kita dengan berita anugerah dari satu halaman ke halaman berikutnya hingga kisah penutup akan mengakhiri hidup kita. It’s all about Him.


Surabaya, 15 Mei 2008

Phoebe & the Chiandios

No comments: